Sunday, 31 October 2010

Kisah 1000 Hari Sabtu


Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang

tak terlupakan dalam hidup ini.

Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang bernama "Tom".

Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjaanmu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang merasa berpendidikan dan berprestasi kok harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Tom kau harus mendefinisikan tujuan hidupmu kembali . Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat. Meluangkan sedikit waktu untuk kesenangan pribadi atau hobimu kau tak sempat ".

Ia melanjutkan :

"Biar kuceritakan ini, Tom, ada sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang harus kulakukan dalam hidupku".

Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya.

"Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai berhitung sederhana , perhitungan yang aku yakin dapat dilakukan oleh siapapun, termasuk mereka yang kemampuan intelektualnya dibawah rata-rata kita . Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".

"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun, baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2860 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati".

"Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng.

“Secara diam diam , kadang aku buang dirumah karena hari itu aku seharian ada dirumah menghabiskan bersama istri dan anak-anak tercinta.”

“Terkadang aku buang dihalaman rumah orang tuaku, mertuaku atau saudaraku , hari itu banyak waktu aku gunakan untuk mengunjungi keluarga ku ataupun keluarga istriku.”

“Kadang pula aku buang di rumah temanku”

“Yang lebih sering aku lakukan adalah membuangya ditemapat-tempat dimana aku sekeluarga dapat menghayati dan menikmati apa arti dan tujuan hidup ini”

“Ada 2 hal yang paling menyentuh hati ku soal ini .Pertama, sesekali aku tinggalkan kelereng ditempat biasa aku ibadah dan aku merasa bahwa sudah banyak kelerengku yang aku bagi secara tidak adil dimasa mudaku”

“Yang kedua saat aku harus menyimpan kelereng dalam saku-ku, karena saat itu aku harus kembali kerja di hari Sabtu. Pertanyaan dalam hatiku , kenapa mesti hali ini masih harus aku lakukan lagi?”

"Aku mengawasi kelereng-kelereng dalam kotak plastik itu berkurang satu persatu, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku.

“Tom, sungguh tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu".

"Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah meberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".

"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, hembusan nafaspun akan bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya.

Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan".

"Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum.

"Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, "Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."

HAVE A GREAT WEEKEND AND MAY ALL SATURDAYS BE SPECIAL AND MAY YOU HAVE

MANY

HAPPY YEARS AFTER YOU LOSE ALL YOUR MARBLES.

Shared by Fr. Rick of Kingston, NY

No comments:

Post a Comment